Searching, Tak Sekadar Drama Teka-Teki

Senin, 27 Agustus 2018 - 18:50 WIB
Searching, Tak Sekadar...
Searching, Tak Sekadar Drama Teka-Teki
A A A
BANYAK alasan untuk menonton film Searching. Selain karena punya cerita yang kuat, juga dikemas sangat kekinian, yaitu direkam dari sudut pandang sebuah ponsel dan layar komputer.

Film ini juga jadi film mainstream thriller pertama Hollywood yang disutradarai, di tulis, dan dibintangi oleh orang Asia. Industri film di Hollywood memang tengah berubah luar biasa. Setelah mulai memberi porsi besar untuk para aktris dan aktor perempuan serta para pelakon keturunan Afrika, lengkap dengan cerita yang lebih adil untuk mereka, kini giliran orang-orang Asia yang mulai unjuk gigi.

Bulan Agustus bolehlah jadi cerminan paling kuat. Di Amerika Serikat (AS), orangorang sedang antusias membicarakan film Crazy Rich Asian,kisah tentang orangorang terkaya di Asia (atau lebih tepatnya di Singapura) yang diadaptasi dari buku penulis Singapura, Kevin Kwan.

Film ini kini tengah memuncaki daftar box officedi sana, dan sudah diumumkan akan segera dibuat sekuelnya. Sementara di Indonesia, publik sedang terkena demam Mile 22,film laga Hollywood yang menempatkan Iko Uwais sebagai karakter terpenting kedua dalam film tersebut, berdampingan dengan Mark Wahlberg. Film ini juga sukses di AS, duduk di posisi ketiga daftar film box office.

Searchingpun ikut meramaikan invasi Asia di industri perfilman terbesar di dunia tersebut pada era modern ini. Film ini sebenarnya sudah tayang di Festival Film Sundance pada Januari silam, tapi baru muncul di jaringan bioskop pada Agustus. Adalah Aneesh Chaganty, sutradara berdarah India yang datang dengan ide brilian.

Dia mengemas sebuah kisah misteri, dengan balutan semesta digital yang kekinian. Aneesh memang punya modal yang lebih dari cukup untuk melakukan itu. Dia pernah bekerja untuk Google Creative Lab, bahkan bergabung dalam Google 5, tim yang berisi 5 anak muda kreatif dari seluruh dunia.

Sebelumnya, dia sudah membetot perhatian kritikus film dengan film pendeknya, Seeds,sebuah drama menghangatkan hati yang diambil dengan menggunakan Google Glass. Untuk Searching, rekan satu kampungnya, Sev Ohanian, membantunya untuk menulis skenario. Searchingdibuka dengan sceneyang langsung menyentuh hati, dengan membawa tema yang mirip dengan yang dibawa oleh scenepembuka film Pixar, Up.

Dua tahun setelah peristiwa dalam scenepembuka, film lalu melanjutkan kisahnya tentang ayah-anak, David (John Cho) dan anak remajanya, Margot (Michelle La). Meski komunikasi antara keduanya terlihat lancar dan hangat, sesungguhnya keduanya sulit bicara dari hati ke hati tentang kematian istri David. Mereka lebih memilih memendam duka mereka, menyisakan luka menganga dalam diri David dan Margot.

Hingga suatu ketika, Margot tak pulang ke rumahnya. David yang menyimpulkan anaknya diculik, langsung menelusuri jejak digital Margot di laptopnya yang tertinggal. Sementara detektif Rosemary Vick (Debra Messing) berdasarkan buktibukti yang diperolehnya, justru menyebut Margot sengaja kabur dari rumah. Jadi, mana yang benar?

Sepanjang film, penonton akan disajikan betapa lihainya David mencari petunjuk hilangnya Margot hanya dari jejak digitalnya. Dari surel, media sosial, riwayat browsing, hingga riwayat percakapan di ragam aplikasi. Dari banyak jejak tersebut, perlahan-lahan penonton bisa mengetahui karakter, juga emosi terpendam Margot.

Penonton pun akan makin berpikir, jadi sebenarnya Margot diculik atau merencanakan kabur dari rumah? Dari penelusuran intens yang penuh detail tersebut, Aneesh pun sukses melakukan dua hal sekaligus. Pertama, dia berhasil meningkatkan atmosfer thrillerdan membuat penonton makin penasaran terhadap nasib Margot.

Kedua, dia sanggup menunjukkan drama kompleks hubungan antara orang tua dan anaknya. Bagaimana sebuah kehilangan yang tak teratasi bisa jadi pemicu goyahnya kekokohan keluarga. Nah yang juga hebat, di antara rasa tegang dan penasaran, serta rasa iba pada keluarga David, Aneesh dan Sev masih bisa menyelipkan sedikit komedi di beberapa adegan.

Jadi, siap-siap saja saat kita lagi serius dan tegang menyimak penelusuran David, tiba-tiba ada hal yang membuat tertawa. Bisa dibilang, Searchingtak punya cacat yang mengganggu keasyikan menonton.

Kalaupun ada yang mengganjal, mungkin adalah saat akhirnya kita tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Margot, yang setelah sepanjang film butuh kerja keras David untuk melakukannya, akhirnya terbongkar dengan cara yang bisa dibilang terlalu mudah. Di luar itu, Searchingadalah film yang sempurna.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0877 seconds (0.1#10.140)